Anggota PKKL

Awalnya PKKL (Peduli Kucing Kampung Liar) bergabung dengan beberapa pencinta kucing di FB. Tapi karena merasa kurang sejalan dengan beberapa grup tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk membuat satu grup baru. Anggota grup PKKL adalah orang-orang yang tidak hanya mencintai kucing, tetapi juga peduli terhadap keberadaan mereka, terutama kucing liar. Kucing liar di sini adalah kucing-kucing tidak berpemilik yang berkeliaran disekitar mereka.

“Kami sempat punya rumah khusus untuk menampung kucing liar, tapi akhirnya kami putuskan untuk menghentikan ide tersebut dan sekarang kucing-kucing yang kami rescue dirawat (foster) oleh para anggota dan pelapor kasus rescue sampai akhirnya mereka mendapatkan adopter,” ungkap koordinator Edukasi PKKL, Iin Sofja. Saat ini usia PKKL sudah 1 tahun sejak berdiri tanggal 15 Mei 2015, namun meski baru setahun, kiprahnya sudah banyak membantu kucing-kucing liar yang memang membutuhkan bantuan.

Konsentrasi kegiatan PKKL dibagi menjadi beberapa kegiatan seperti sterilisasi untuk pengendalian populasi, melalui:

-Steril harga terjangkau agar semakin banyak orang yang tergerak untuk mensterilkan kucing-kucing mereka dan kucing-kucing liar di sekitar mereka;

-TNR (Trap-Neuter-Release/Relocate) atau Tangkap-Steril-Lepaskan/ Pindahkan.

-Edukasi terhadap masyarakat, terutama anak-anak karena mereka adalah generasi penerus bangsa ini dan penting sekali menanamkan nilai kecintaan kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan.

-Mencarikan adopter untuk kucing-kucing rescue kami yang sudah sehat;

-Membantu kegiatan rescue kucing-kucing TAK BERPEMILIK oleh anggota sesuai dengan syarat dan ketentuan rescue yang sudah kami tetapkan.

Iin juga berujar jika PKKL tidak memiliki tim khusus untuk rescue karena ingin mengajak teman-teman cat lovers menjadi pelapor kasus rescue yang bertanggung jawab. Jadi jika ada yang melaporkan kasus, yang bersangkutan harus ikut bertanggung jawab dengan cara mengamankan kucing yang dilaporkannya, membawa kucing yang dilaporkannya ke dokter hewan rekanan PKKL, dan saat kucingnya sudah sehat, pelapor wajib merawat sementara kucing tersebut sampai mendapatkan adopter atau jika memungkinkan, pelapor sendiri yang mengadopsi kucing tersebut. “Kami membantu dengan memberikan rujukan ke dokter hewan rekanan kami, membayarkan biaya pengobatan, dan membantu mencarikan adopter,” kata Iin sembari tersenyum.

 

Kasus yang paling menarik dan fenomenal adalah kasus kucing bernama Bob, yang biasa dipanggil Om Bob. “Kucing ini belakangan diketahui memiliki darah campuran Persia dan Maine Coon. Keren banget dong pastinya! harusnya sih begitu ya, sayangnya yang diwarisi oleh Om Bob adalah gen-gen negatif dari kedua ras tersebut sehingga Om Bob menjadi produk gagal dari proses breeding,” terang Iin.

 

Di mana gagalnya?

Om Bob sangat alergi terhadap makanan kucing yang mengandung ayam yang akan menyebabkan dia gatal-gatal. “Kulit Om Bob sangat tipis sehingga kalau terkena kuku sedikit saja, lukanya bisa sangat lebar. Dan ini sering terjadi saat kami belum tahu tentang alerginya. Dia gatal-gatal, garuk-garuk, dan ada luka lebar karena terkena kukunya saat menggaruk.”

Om Bob menderita tumor kulit di bagian muka. Saat ditemukan pertama kali kulit muka Om Bob menggelambir menutupi seluruh wajahnya sehingga saat berjalan Om Bob menabrak semua benda yang ada di dekatnya. Om Bob kemudian menjalani beberapa tahap operasi rekonstruksi wajah dan berhasil. “Alhamdulillah, di usianya yang sudah tidak muda lagi (di atas 8 tahun) Om Bob sekarang hidup bahagia bersama keluarga barunya,” tutur Iin dengan penuh syukur.

Kesulitan yang dihadapi PKKL dan upaya untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya sterilisasi untuk mengendalikan populasi kucing liar. Mendapatkan adopter untuk kucing-kucing bulu pendek atau yang biasa disebut kucing kampung. Orang-orang masih berpikir bahwa yang keren itu adalah kucing bulu panjang atau yang biasa disebut kucing ras. Jadi pada kebanyakan memilih adopsi kucing bulu panjang, tapi setelah diadopsi, kucingnya diberi makan dan perawatan hanya seadanya saja.

“Kucingnya sih keren, tapi karena makanan dan perawatan yang ala kadarnya, alhasil kucingnya jadi jelek, lalu dibuang. Kalau pintar merawatnya dan dikasih makanan yang bagus, kucing kampung pun tidak akan kalah bagusnya dari kucing ras.”

Iin juga berpesan kepada masyarakat dan juga cat lovers bahwa, sterilisasi tidak akan membuat kucing punah. Setiap hari ada saja laporan teman-teman PKKL yang menemukan bayi-bayi kucing yang masih sangat kecil (beberapa bahkan belum terbuka matanya dan masih ada tali pusarnya) terpisah dari induknya karena dibuang oleh manusia-manusia tidak bertanggung jawab. “Jadi, tolong bantu kami untuk sterilkan kucing-kucing peliharaan dan kucing-kucing liar di sekitar kita.”

Kucing bulu pendek (atau sering disebut kucing kampung) kalau diurus dengan baik dan diberi pakan yang baik, akan tidak kalah bagusnya dengan kucing ras. Jadi, mari kita adopsi kucing tanpa memandang ras kucing tersebut. (vira)

3 thoughts on “PKKL (Peduli Kucing Kampung Liar)”
  1. Klw melihat 3 anao kucing terlantar di tman wijaya pd.labu…masih sangat bayi..apakah bisa dibantu di selamatkan ka…

    1. Saya punya kucing dan kucing saya mati karena diracun orang. 5 kucing tetangga saya juga mati karena diracun orang. Mohon bantuannya untuk membuat laporan pembunuhan kucing. Terima kasih

  2. Saya punya kucing dan kucing saya mati karena diracun orang. 5 kucing tetangga saya juga mati karena diracun orang. Mohon bantuannya untuk membuat laporan pembunuhan kucing. Terima kasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *